Blognya Guru Indonesia, Aplikasi, Administrasi, Soal-Soal, TK, PAUD, SD, MI, SMP, SMA, SMK, MA, Guru, Berita, Download

Minggu, 13 November 2016

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM SEBAGAI UPAYA MEMAJUKAN PENDIDIKAN



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia yang alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul “Pentingnya Pengembangan Kurikulum Sebagai Upaya Memajukan Pendidikan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan terutama disebabkan akan kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Allah SWT;
  2. Bapak Vanda Hardinata, M.Pd. selaku dosen pembina matakuliah Telaah Kurikulum;
  3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun moral;
  4. Teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan serta doanya.
Sebagai manusia biasa,  menyadari bahwa tidak luput dari kesalahan dan kekhilapan. Oleh karena itu, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.
Malang, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI ii
BAB 1. 1
PENDAHULUAN.. 1
1. 1Latar Belakang. 1
1. 2Rumusan Masalah. 2
1. 3Tujuan Penulisan. 2
BAB II 3
PEMBAHASAN.. 3
2.1Hakikat Pengembangan Kurikulum.. 3
2.2Prinsip Pengembangan Kurikulum.. 4
2.3Fungsi Pengembangan Kurikulum.. 7
BAB III 16
PENUTUP. 16
3.1Simpulan. 16
3.2Saran. 16
DAFTAR RUJUKAN.. iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1  Latar Belakang
Pengembangan kurikulum pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk kemajuan. Kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Sekarang ini kita dapat melihat realita bahwa Indonesia sangatlah jauh tertinggal di bidang IPTEK dibandingkan dengan bangsa Eropa dan Barat. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah menegaskan perlunya pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Dalam pengembangan kurikulum harus sesuai dengan pengertian kurikulum yakni seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Sesuai perkembangan masyarakat yang berlatar belakang berbeda-beda maka dalam pengembangan kurikulum juga harus melibatkan masyarakat sehingga terbentuk kurikulum yang ideal dan sistematik sesuai kebutuhan mereka.
GBHN 1999 menegaskan tentang perlunya pengembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan sumber daya manusia, kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah pengembangan kurikulum  menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang damai sejahtera, demokrastis dan berdaya saing untuk maju. Pengembangan kurikulum merupakan tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang menegaskan adanya kewenangan daerah propensi, kabupaten, dan kota untuk “mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasrakan aspirasi masyarakat” (pasal 4). Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil
 pendidikan bermutu di perlukan kurikulum yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat di pertanggung jawabkan dalam konteks lokal, nasional, dan global. Kompetensi umum ini harus di kuasai siswa di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya akan penulis bahas dalam materi pembahasan di bawah ini dengan judul “Pentingnya Pengembangan Kurikulum Sebagai Upaya Memajukan Pendidikan”.

1. 2  Rumusan Masalah
  1. Apa hakikat perkembangan kurikulum?
  2. Apa saja macam-macam prinsip pengembangan kurikulum?
  3. Apa saja fungsi dan manfaat pengembangan kurikulum?
1. 3  Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui dan memahami pengertian atau hakikat perkembangan kurikulum.
  2. Mengetahui dan memahami macam-macam prinsip pengembangan kurikulum.
  3. Mengetahui fungsi dan manfaat pengembangan kurikulum bagi semua kalangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Hakikat Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan. Di dalamnya tidak hanya mengandung rumusan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak didik.Begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum dalam menentukan keberhasilan pendidikan, karena itu kurikulum harus dikembangkan dengan fondasi yang kuat.
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
David Pratt (1980) mengemukakan bahwa istilah lebih mengena dibandingkan dengan pengembangan yang mengandung konotasi. Desain adalah proses yang disengaja tentang suatu pemikiran , perencanaan dan penyeleksian bagian-bagian, tehnik dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha. Dengan pengertian tersebut, pengembangan kurikulum diartikan sebagai proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah.
Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, yang meliputi Orientasi, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.Seller memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi, yakni kebijakan-kebijakan umum meliputi enam aspek : tujuan pendidikan, pandangan tentang anak, pandangan tentang proses pembelajaran, pandangan tentang lingkungan , konsepsi tentang peranan guru, dan evaluasi. Berdasarkan orientasi selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam bentuk proses pembelajaran dan dievaluasi. Dari pendapat Seller tersebut, pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah pengembangan komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri serta pengembangan komponen pembelajaran.
Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui  hakikat kurikulum adalah suattu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Makna kurikulum akan dapat dirasakan manakala diaplikasikan, pengaplikasian akan semakin terarah jika sesuai dengan kurikulum rencana, dan selanjutnya hasil pengaplikasian tersebut akan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan. Inilah hakekat pengembangan kurikulum yang selalu berputar, berjalan, dan membentuk suatu siklus.
Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Menurut Hamid Hasan (1988), sebenarnya kurikulum ini bukanlah merupakan sesuatu yang tunggal. Istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana antara satu dimensi dengan lainnya saling berkaitan. Keempat dimensi kurikulum tersebut sebagai berikut.
1.      Kurikulum sebagai suatu ide
2.      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide
3.      Kurikulum sebagai kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
4.      Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
2.2   Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pembuat kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam.
1.      Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional.Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu.Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2.      Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.      Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
4.      Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian, maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikan industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
5.      Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6.      Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
7.      Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Disamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8.      Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.
2.3  Fungsi Pengembangan Kurikulum
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua insan, yang selalu menjadi tumpuan dan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan juga sebagai alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan mencetak generasi yang mampu melangkah sesuai dengan apa yang menjadi harapan bangsa. Maka di dalam pendidikan diterapkan kurikulum yang berfungsi untuk mencapai tujuan tujuan yang diharapkan. Sebelum kita bicara mengenai fungsi kurikulum, terlebih dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi. Kata fungsi berasal dari bahasa inggris “function” yang mempunyai banyak arti, diantaranya yang berarti jabatan, kedudukan, kegiatan dan sebagainya. Kurikulum merupakan salah satu asas penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, apabila asas ini baik dan kuat, maka dapat dipastikan proses belajar mengajarpun akan semakin lancar sehingga tujuan pendidikanpun akan tercapai. Dalam aktifitastas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefit). Namun demikian, disamping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai fungsi fungsi lain sebagai berikut.
  1. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulumm pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakan sekolah yang bersangkutan(Soetopo & Soemanto, 1993:17). Maksudnya, bila tujuan tujuan yang diinginkan belum tercapai, orang akan cenderung meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, misalnya dengan meninjau kurikulumnya. Pendidikan tertinggi sampai pendidikan terendah mempunyai tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya aktifitas belajar.
Di Indonesia ada 4 tujuan pendidikan utama yang secara hirarkis dapat ditemukan, antara lain:
  1. Tujuan Nasional
  2. Tujuan Institusional
  3. Tujuan Kurikuler
  4. Tujuan Instruksional
Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita citakan, tujuan tujuan tersebut meski dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan).
  1. Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar  tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapatkan sejumlah pengalaman baru yanmg dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.
Kalau kita kaitkan dengan pendidikan islam, pendidikan mestinya diorientasikan kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal  pengetahuan untuk hidup pada zamannya kelak.
  1. Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendididkan, maka guru semestinya mencermati tujuan pendidkan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja[5].Guru merupakan pendidik profesional, yang secara implisit telah merelakan dirinya untuk memikul sebagai tanggung jawab pendidikan yang ada dipundak orang tua. Tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti orang tua sudah melimpahkan sebagian tanggung jawab pedidikan anaknya kepada guru / pendidik, tentunya orang tua berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten, dan berkualitas (Ramayulis, 1996:39). Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidki adalah:
  1. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar para anak didik.
  2. Pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang telah diberikan.
Langeveld mengajukan lima komponen yang berinteraksi secara aktif dalam proses pendidikan yaitu:
  1. Komposisi tujuan pendidikan, sebagai landasan ideal pendidikan dan yang dicapai melalui proses pendidikan tersebut.
  2.  Komponen Terdidik, sebagai masukan manusiawi yang diperluka sebagai subjek aktif dan dikenai proses pendidikan tersebut.
  3. Komponen alat pendidikan, sebagi unsur sarana atau objek yang dikenakan kepada terdidik dalam proses pendidikan.
  4. Komponen pendidik, merupakan unsur manusiawi yang membantu mengenalkan alat pendidikan kepada anak didik dan mengarahkan proses pendidikan menuju sasaran yang diharapkan sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan.
  5. Komponen lingkungan pendidikan, sebagi unsur suasana yang membantu dan memberikan udara segar dalam proses pendidikan (Supeno, 1995:42-43).
  1. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah atau Pembina Sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku sekarang untuk dipelajari, terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang memupunyai tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan para pembina lainnya sebagai berikut.
  1. Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki situasi belajar.
  2. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik.
  3. Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi belajar.
  4. Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk pengembangan kurikulum pada masa mendatang.
  5. Sebagai pedoman unruk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar (Soetopo dan Soemanto, 1993:19)
  6. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya. Bantuan yang dimaksud  dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/ guru  mengenai masalah masalah menyangkut anak anak mereka. Bantuan berupa materi dari orang tua anak dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak anak mereka, sehingga partisipasi orang tua inipun tidak kalh pentingnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar disekolah
  1. Fungsi Kurikulum bagi Sekolah tingkat Diatasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut.
  1. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan
Pemahaman kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah pada tingkat diatasnya dapay melakukan penyesuaian di dalam kurikulumnya, antara lain:
(1)        Jika sebagian kurikulum disekolah bersangkutan telah diajarkan pada sekolah yang beradad dibawahnya, sekolah dapat meninjau kembali perlu atau tidaknya bagian tersebut diajarkan.
(2)        Jika keterampilan keterampilan tertentu yang diperlkan dalam mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang berada dibawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan masuknya program tentang keterampilan keterampilan ini kedalam kurikulumnya.
  1. Penyiapan tenaga baru
Jika suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga pendidik bagi  sekolah yang berada dibawahnya, perlu sekali sekolah tersebut memahami kurikulum sekolah yang berada dibawahnya itu. Pengetahuan tentang kurikulum yang berada dibawahnya berkaitan dengan pengetahuan tentang isi, organisasi, atau susunan serta cara pengajarannya. Dengan harapan, hal itu akan membantu sekolah dan pendidik dalam melakukan revisi revisi dan penyesuaian kurikulum.
  1. Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedangkan masyarakat adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus ada sinkron. Kurikulum sekolah outputnya harus dapat link and match dengan kebutuhan masyarakat.Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan sekolah yang berangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat, sebagai pemakai lulusan, dapat melaksanakan sekurang kurangnya dua macam berikut:
  1. Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orangtua dan masyarakat.
  2. Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi menyempurnakan program pendidikan di sekolah, agar  lebih serasi degan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.
Di samping mempunyai fungsi di atas, kurikulum juga memiliki fungsi lain yang tentu memiliki pendekatan berbeda dengan sebelumnya. Sebagai mana dikemukakan Alexander Inglis dalam bukunya Principle of Secondary Education(1981),  sebagai berikut:
  1. The adjust fine of adaptive function (penyesuaian)
  2. The integrative function (pengintegrasian )
  3. The differential function (pembeda)
  4. The propaedeutic function (persiapan)
  5. The selective function (pemilihan )
  6. The diagnostic function (Diagostik); ( Hamalik, 1990:9)
1)          Fungsi penyesuaian
Anak didik hidup dalam suatu lingkungan, sehingga anak didik dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Lingkungan senantiasa berubah, tidak statis , bersifat dinamis, karena itu anak didik diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi seperti itu. Semuanya meski disesuaikan dengan kondisi dan keadaan perorangan.
Muhammad  Fadhil Al-Jamali menungkapkan bahwa  pendidikan yang disarikan Al_Qur`an berorientasi:
Ø  Mengenalkan individu akan adanya peran diantara sesama makhluk dengan tanggung jawabnya didalam hidup ini.
Ø  Mengenalkan individu akan individu sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
Ø  Mengenalkan individu akan alam ini dan mendorong mereka mengetaui hikmah diciptakannya alam ini, serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam.
Ø  Menegakkan individu akan alam ini akan pencipta alam ini dan memerintahkan untuk beribadah kepadanya.
2)          Fungsi pengintegrasian
Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai pribadi yang integral. Mengingat anak didik merupakan bagia yang integral dari masyarakat, pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan dan pengintegrasian masyarakat.
Implikasinya, anak didik menjadi bagian integral dari masyarakat dimanapun ia berada. Kurikulum diharapkan mampu mempersiapkan anak didik agar mampu mengintegrasikan diri dalam masyarakat dengan pengetahuan, keterampilan, dan cara berfikir yang dimiliki, sehingga ia dapat berperan dan memberi kontribusi kepada masyarakat.
3)          Fungsi perbedaan
Kurikulum hendaknya dapat memberi pelayanan terhadap perbedaan perbedaan peorangan dalam masyarakat. Pada prinsipnya, perbedaan (differensiasi) akan mendorong orang berfikir kritis dan kreatif, dan akhirnya akan menggerakan kemajuan sosial dalam masyarakat. Bukan berarti dengan perbedaan tersebut solidaritas dan integrasi akan terabaikan, namun adanya diferensiasi bisa juga menghindari terjadinya stagnasi sosial.
Jadi, fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat memberi pelayanan kepada anak didik sebagai anggota (calon anggota) masyarakat sesuai dengan perbedaan perbedaan yang dimilikinya, dengan tidak mengabaikan solidaritas sosial masyarakat. Hal ini dapat dimulai dengan memprogram kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses belajar mengajar yang mendorong anak didik yang berbeda beda tersebut untuk berfikir kreatif, kritis, dan berorientasi masa depan, sehingga dapat berguna nantinya dalam masyarakat.
4)          Fungsi persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan anak didk agar mampu melanjutkan study lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, apakah anak didik melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar didalam masyarakat seandainya ia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Hamalik, 1990:11). Bersiap untuk belajar lebih lanjut tersebut sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan anak didik, termasuk dalam memenuhi minat mereka.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum memiliki fungsi persiapan bagi anak didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut, namun dalam jenjang, bidang, dan jenis sekolah tertentu sangat mungkin kurikulumnya didesain untuk mempersiapkan anak didik memasuki dunia kerja. Karenanya, kurikulum mempunyai fungsi persiapan (the propaedeutic function) bagi anak didik.
5)          Fungsi pemilihan
Antara keberbedaan (diferensiasi) dengan pemilihan (seleksi) merupakan dua hal yang erat sekali hubungannya. Pengakuan atas keberadaan mereka berarti ada keinginan untuk memberikan kesempatan bagi anak didik dalam memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Karenanya, dalam mengembangkan kemampuan kemampuan tersebut, kurikulum perlu disusun secara luas serta bersifat fleksibel dan luas, selain itu kurikulum, hendaknya dapat memberikan pilihan yang tepat sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik.
6)          Fungsi diagnostic
Salah satu aspek pelayanan pendidkan adalah mebantu dan mengarahkan anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Ini semua dapat dilakukan apabila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang ada pada diri mereka melalui eksplorasi dan prognosis, sehingga dia sendiri dapat memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan fungsi kurikulum dalam mendiagnosis dan membimbing anak didik agar berkembang secara optimal.
Fungsi diagnosis adalah agar siswa dapat mengadakan evaluasi kepada dirinya dan menyadari semua kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan nya ssuai dengan kemampuan yang ada, yang pada akhirnya dapat bekembang secara maksimal dalam masyarakat. Hal ini relevan dalam pendidikan islam, yaitu menanamkan nilai nilai insani dan nilai nilai ilahi pada peserta didik.
  1. Fungsi kurikulum bagi penulis
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis intruksional terlebih dahulu. Kemudian menusun garis garis besar program pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran tertentu, baru berbagai sumber bahan yang relevan.
BAB III
PENUTUP
3.1                Simpulan
Hakikat kurikulum adalah suattu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Oleh karena itu, selain kurikulum juga berperan penting ada prinsip-prinsip dalam pengembangannya.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kurikulum sendiri mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi pengembangan kurikulum sangat bermanfaat bagi semua kalangan, tidak hanya bagi pendidik dan peserta didik saja.
3.2                Saran
(1)            Bagi pendidik, diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakamn pembelajaran sesuai pengembangan kurikulum yang telah disepakati.
(2)            Bagi pemerintah, diharapkan mampu menyusun kurikulum yang sesuai dengan keadaan pendidikan di Indonesia agar menjadikan bangsa lebih maju.
DAFTAR RUJUKAN
Bima. 2012. Fungsi dan Peran Pengembangan Kurikulum. [online]. Tersedia: http://blog.pentingnyailmudalamhidup.ac.id/ardhi/2012/20/02/fungsi-dan-peran-pengembangan-kurikulum/.diakses tanggal 25 September 2013.
Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum: Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Referensi Guruku
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top